TRENGGALEK, bioztv.id – Harapan ratusan nelayan di kawasan pesisir selatan Kabupaten Trenggalek untuk menikmati panen raya ikan kini pupus sudah. Cuaca buruk yang melanda Samudera Hindia sejak beberapa bulan terakhir memaksa mereka berhenti total melaut. Ironisnya, kondisi ini terjadi tepat saat musim ikan yang seharusnya menjadi masa panen terbesar nelayan.
Gelombang tinggi dan angin kencang membuat perairan Teluk Prigi di Kecamatan Watulimo tidak lagi aman untuk aktivitas tangkap ikan. Tinggi ombak di laut lepas bahkan mencapai 4 hingga 5 meter, level yang terlalu berbahaya bagi kapal-kapal nelayan.
“Sudah empat bulan cuaca di Teluk Prigi memburuk, dan dua bulan terakhir ini benar-benar ekstrem. Tidak ada yang berani melaut,” ungkap Mamat, salah satu nelayan Prigi.
Mamat menjelaskan, cuaca mulai tidak bersahabat sejak bulan Maret hingga April. Namun pada periode itu, para nelayan masih bisa bersabar karena belum memasuki musim ikan. Sayangnya, saat memasuki bulan Mei hingga Juni, yang seharusnya menjadi puncak panen ikan di laut selatan, kondisi justru semakin buruk. Lautan diterjang ombak besar, angin kencang, hingga membuat aktivitas penangkapan ikan lumpuh total.
“Seharusnya bulan-bulan ini sudah panen raya ikan. Tapi karena cuaca ekstrem, ya tidak bisa kerja sama sekali,” sambung Mamat, nelayan kapal Purse Seine.
Menurut Mamat, situasi ini memukul seluruh lapisan nelayan di Prigi. Tidak hanya kapal besar Purse Seine yang berjumlah 137 unit, kapal tonda dan pancing ulur juga ikut terdampak. Semua aktivitas tangkap ikan terhenti.
Lebih memprihatinkan, sebagian besar nelayan di Kecamatan Watulimo tidak memiliki pekerjaan alternatif. Kondisi ini membuat banyak keluarga nelayan kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Cuaca ekstrem di kawasan pesisir selatan Trenggalek ini menjadi catatan penting bagi pemerintah daerah maupun pusat. Sebab, tanpa adanya solusi alternatif bagi nelayan saat musim cuaca buruk, potensi kerentanan sosial dan ekonomi di kawasan pesisir dapat terus meningkat.
“Sebagian memang masih ada yang punya sawah atau kebun. Tapi banyak juga yang hidupnya cuma dari laut. Begitu tidak bisa melaut, ya menganggur total,” keluh Mamat.
Ia juga mengaku heran dengan anomali cuaca tahun ini. Biasanya, pertengahan tahun cuaca di laut selatan Jawa cenderung tenang dan bersahabat. Namun, kondisi yang berlangsung saat ini justru di luar kebiasaan.
“Kami juga tidak tahu sampai kapan begini. Padahal biasanya bulan Mei sampai Juli itu masa panen, sekarang ombaknya luar biasa,” imbuhnya.
Hingga kini, ratusan nelayan di Prigi hanya bisa menunggu cuaca kembali normal, tanpa kepastian kapan bisa kembali turun ke laut. Sementara, laut selatan yang biasanya ramai kapal saat musim ikan, kini lengang tanpa aktivitas.(CIA)
Views: 51

















