TRENGGALEK, bioztv.id – Berkarya sejak tahun 1960, perajin wayang kulit asal Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, tetap setia merawat budaya hingga era millenial. Tak hanya setia membuat kerajinan wayang kulit saja, ia juga mengembangkan keahliannya dalam seni lukis karakter wayang dengan media kulit hewan.
Setelah puluhan tahun berkecimpung menjadi pengrajin wayang, membuat Sumiran, pria 71 tahun asal Desa Kedunglurah, Kecamatan Pogalan tak ingin sekadar menjadi pembuat. Tapi juga turut melestarikannya dalam berbagai medium. Keahliannya membuat Wayang ini berawal saat bapak enam anak ini membuatkan wayang untuk membantu sang bapak. Dari orang tuanya inilah keahlian membuat wayang itu ia dapat. Sisanya, ia belajar secara otodidak.
Sumiran mengakui, minat akan wayang kulit – baik kerajinannya maupun pentasnya – jauh berubah antara zaman dulu dan sekarang. Zaman dulu, ia sampai kewalahan untuk memenuhi pesanan wayang kulit. Baik dari dalang maupun warga biasa yang ingin mengoleksi kerajinan itu.
Untuk tetap mempertahankan budaya wayang kulit, Sumiran pun mengubah jenis kerajinan yang dibuatnya. Di tengah waktu senggang memenuhi pesanan wayang, Sumiran menyempatkan diri membuat hiasan dinding berbahan kulit kambing. Hiasan itu berupa lembaran kulit yang masih berbulu dengan gambar tokoh wayang tertentu. Proses pembentukan pola dan pewarnaan pada hiasan itu dibuat semirip mungkin dengan wayang kulit asli yang terbuat dari kulit kerbau.
Di halaman rumahnya yang berada di pinggir jalan besar utama Trenggalek – Tulungagung, beberapa hiasan bergambar tokoh wayang seperti nakula dan gatot kaca terpajang secara rapi. Sumiran berharap, setiap orang – terutama anak muda – tetap bisa menikmati budaya wayang kulit dengan cara yang lebih popular. Setidaknya lewat hiasan dinding, para anak muda yang selama ini sama sekali tak mengerti tentang pertunjukan wayang bisa paham tokoh-tokohnya.
Sumiran juga menyampaikan, Meski tampak sederhana, untuk membuat kerajinan hiasan wayang kulit ini butuh kehati hatian dan waktu yang lama, yaitu sekitar satu minggu untuk satu jenis kerajinan. Sehingga ia hanya bisa menghasilkan hiasan serupa beberapa biji saja dalam sebulan. Hiasan dinding buatannya ini biasanya dijual dengan harga antara 400 ribu hingga Rp 500 ribu rupiah, tergantung tingkat kesulitan dalam pembuatannya.
Kerajinan yang ditekuni Sumiran ini merupakan kerajinan yang dipelajari dan ditekuni secara turun temurun, karena dulu ayahnya juga memiliki keahlian serupa yang dipelajari dari kakeknya. Sumiran mengakui, tak mudah baginya untuk merawat kerajinan wayang kulit. Beberapa anaknya sebanarnya bisa membuat kerajinan serupa. Tapi kini mereka bekerja dan tinggal di luar kota.