TRENGGALEK, bioztv.id – Pilkada serentak tahun ini di Trenggalek mencatatkan tren negatif dalam partisipasi pemilih. Tingkat kehadiran hanya mencapai 62,5%, jauh di bawah target yang diharapkan. Ironisnya, jumlah suara tidak sah justru mengalami peningkatan signifikan, mencapai 20 ribu suara. Akibatnya, efektivitas sosialisasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjadi sorotan.
Komisioner Bawaslu Trenggalek, Imam Maskur, mengungkapkan bahwa salah satu penyebab utama rendahnya partisipasi masyarakat diduga akibat kurang efektifnya sosialisasi dari KPU. Menurutnya, informasi yang disampaikan tidak sepenuhnya menjangkau masyarakat lapisan bawah dan sering kali terkesan hanya formalitas.
“Sosialisasi yang dilakukan KPU masih kurang mengena. Sasaran lebih banyak pada kelompok tertentu, sementara masyarakat di tingkat desa atau komunitas bawah tidak sepenuhnya tersentuh,” jelas Imam Maskur.
Bawaslu juga menyoroti minimnya inovasi dalam metode sosialisasi KPU. Menurut Imam, masyarakat membutuhkan pendekatan kreatif agar tertarik untuk datang ke TPS. Menurutnya, salah satu solusinya bisa melibatkan Relawan Demokrasi yang bertugas langsung mendatangi rumah-rumah warga untuk memberikan informasi dan edukasi terkait pemilu.
“Masyarakat kita masih perlu dirangsang untuk hadir ke TPS. Misalnya, dengan memberikan undian hadiah untuk mereka yang mencoblos. Ini bisa menjadi cara menarik perhatian masyarakat,” tambah Imam.
Selain itu, peran partai politik dalam memberikan pendidikan politik juga dianggap belum maksimal. Partai politik dinilai kurang optimal dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menggunakan hak pilih, terutama di tingkat akar rumput.
Lebih jauh, Imam Maskur menyebut faktor lain yang memengaruhi rendahnya partisipasi adalah karakteristik masyarakat yang masih cenderung transaksional. Pola pikir “ada uang, ada suara” masih menjadi kebiasaan yang melekat pada sejumlah pemilih.
“Kebiasaan ini menjadi tantangan besar dalam membangun partisipasi politik yang sehat. Diperlukan pendidikan politik berkelanjutan untuk mengubah pola pikir masyarakat,” tegasnya.
Bawaslu memberikan saran dan masukan terkait langkah konkret untuk meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu mendatang. Selain memperbaiki sasaran dan metode sosialisasi, perlu ada inovasi yang lebih relevan di tingkat desa hingga TPS. Kampanye partisipatif yang melibatkan tokoh masyarakat dan komunitas lokal juga dinilai penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
“Maka, semua pihak, baik KPU, partai politik, maupun tokoh masyarakat, harus bekerja sama meningkatkan partisipasi,” tutup Imam Maskur.(CIA)