TRENGGALEK, bioztv.id – Warga Desa Senden, Kecamatan Kampak, memasang puluhan banner satir di sepanjang jalan rusak yang telah terbengkalai selama hampir 28 tahun. Puluhan banner terpampang disepanjang jalan penghubung antar kecamatan Kampak-Watulimo, sekitar 1,5 Kilometer. Protes ini sebagai bentuk sindiran kepada pemerintah yang dianggap belum bertindak.
Sejumlah banner yang terpampang dijalanan Desa Senden tersedut diantaranya bertuliskan, “Iki dalan uduk tegalan, mohon perhatiane bos”. “Hati-hati, anda sedang memasuki jalan berlubang.”. “Jalan ini sedang diperbaiki tapi bohong”. Selain itu, tulisan “Selamat datang di obyek wisata jeglongan sewu” jua menambah kesan humoris, namun penuh sindiran tajam.
Pemasangan banner ini diinisiasi oleh warga sebagai bentuk protes atas kondisi jalan yang sudah rusak parah dan dibiarkan tanpa perbaikan selama hampir tiga dekade. Kondisi ini semakin memprihatinkan karena jalan tersebut merupakan akses penting bagi warga dan anak-anak yang berangkat ke sekolah.
Ali Rosyid, warga RT 23 Dusun Balang, Desa Senden, mengungkapkan bahwa jalan tersebut belum pernah tersentuh perbaikan sejak pembuatannya pada 1995.
“Seingat saya, jalan ini belum pernah diperbaiki. Jadi, dengan memasang banner ini, kami ingin pemerintah segera mengambil tindakan. Jalan ini penting sekali, bukan hanya menghubungkan Kampak dan Watulimo, tapi juga jadi akses anak-anak ke sekolah,” ujar Ali.
Kondisi jalan yang berlubang dan bergelombang kerap kali membuat warga kesulitan, terutama para ibu yang setiap hari mengantar anak-anak mereka. Dengan adanya aksi pemasangan banner ini diharapkan menjadi pemicu bagi pemerintah untuk segera memperbaiki infrastruktur jalan tersebut.
“Ibu-ibu yang mengantar anak sekolah sering mengeluh karena jalan ini rusak sekali. Harapannya, pemerintah segera memperbaiki jalan ini agar kami bisa menikmati akses yang layak,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Desa Senden, Sumarji, mengakui bahwa pihaknya sudah berulang kali mengajukan perbaikan jalan ini. Namun, hingga kini belum ada tanggapan konkret dari Pemerintah Kabupaten Trenggalek.
“Kami sudah dua kali membuat proposal, bahkan bersama Ibu Camat sudah mendatangi dinas PUPR,” kata Sumarji.
Ia menambahkan bahwa peran pemerintah desa hanya sebatas mengusulkan, sehingga keputusan akhir ada pada pemerintah kabupaten.
“Kalau memang Pemkab tidak ada anggaran, mau bagaimana lagi? Tapi harapannya, semoga ada perhatian serius, bukan sekadar janji. Kami ingin Pemkab benar-benar mengagendakan perbaikan, bukan hanya karena aksi protes ini muncul,” jelasnya.
Sumarji juga menyebutkan bahwa pihaknya telah menghubungi Dinas PUPR, namun Kepala Dinas saat ini tengah berada di luar kota untuk kegiatan dinas.
“Kami sudah telepon ke Dinas PUPR. Kepala dinas dan kepala bidangnya sedang ada acara di Batam, tapi staf mereka janji akan menyampaikan setibanya mereka nanti,” pungkasnya.(CIA)