Anggarannya Per Tahun Cukup Fantastis, Tapi Masih Ada 2000an Anak di Trenggalek Yang Stunting

oleh
oleh

TRENGGALEK, bioztv.id – Anggarannya cukup fantastis, penurunan angka stunting di Kabupaten Trenggalek talk jauh dari angka 500an per tahun. Pada Tahun 2023 lalu, Pemkab Trenggalek kucurkan anggaran sekitar Rp.5,5 Miliar untuk penanganan stunting. Hasilnya, saat ini masiha ada sekitar 2.000-an anak yang dinyatakan stunting.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes PPKB) Trenggalek, jumlah anak stunting di Kabupaten Trenggalek pada tahun 2022 sebanyak 2.950 anak. Sedangkan pada tahun 2023, jumlah anak stunting turun menjadi 2.343 anak.

“Artinya, hampir sekitar 500-an sekian stunting yang sudah tertangani,” kata Kepala Dinkes PPKB Trenggalek, dr. Sunarto.

Sunarto mengatakan, mayoritas anak stunting di Kabupaten Trenggalek berusia di atas 2 tahun hingga 5 tahun. Usia tertinggi stunting berada di kelompok usia 2-3 tahun.

“Awalnya mereka tidak stunting, tapi berikutnya menjadi stunting. Mulai dari usia 6 bulan ke atas itu sudah mulai tambah-tambah-tambah,” jelasnya.

Menurut Sunarto, stunting terjadi karena peningkatan kebutuhan asupan gizi dan kurangnya asupan gizi. Peningkatan kebutuhan asupan gizi terjadi karena anak berada dalam masa pertumbuhan, sehingga memerlukan zat gizi yang lebih meningkat.

“Misalnya 1 sampai dengan 3 tahun itu akan membutuhkan 1.350, kemudian berikutnya naik lagi menjadi 1600,” ungkapnya.

Peningkatan kebutuhan asupan gizi juga dapat terjadi karena anak sering sakit.

“Peningkatan kebutuhan itu diantaranya terjadi karena sering sakit, sehingga memakan asupan yang lebih lebih banyak di dalamnya,” imbuhnya.

Untuk mengatasi stunting, Sunarto mengatakan, perlu dilakukan pengaturan pola makan, pemberian suplementasi, dan penanganan penyakit.

“Yang harus dilakukan untuk mengatasi pertumbuhan itu harus mengatur pola makan, Jadi kalau dia kebutuhannya meningkat harus ditambahkan. Kemudian berikutnya diberikan suplementasi. Pemerintah juga memberikan suplementasi vitamin A,” jelasnya.

Selain itu, pemerintah juga memberikan suplementasi yodium melalui garam beryodium. Pemerintah juga memberikan pemberian makanan tambahan bagi yang gizi kurang.

“Nah, kemudian kalau penyakit kita sudah mengupayakan upaya promotif prefentif, yaitu menyampaikan supaya berperilaku sehat. Seperti halnya perilaku cuci tangan dengan air mengalir, kemudian olahraga, dan lain sebagainya,” ungkapnya.

“Kemudian kalau sakit ya harus segera ditangani, makanya di Kabupaten Trenggalek ini kita pengen menciptakan akses, mulai dari Desa sudah ada pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan sekarang di desa itu minimal ada dua, yaitu satu orang bidan dan satu orang perawat,” imbuhnya.

Sunarto berharap, upaya penurunan stunting di Kabupaten Trenggalek dapat terus dilakukan, sehingga prevalensi stunting dapat terus menurun. (CIA).