Angka Kemiskinan di Trenggalek Menurun, Namun yang Terlanjur Miskin Semakin Terpuruk

oleh
oleh

TRENGGALEK, bioztv.id – Kabupaten Trenggalek mengalami penurunan angka kemiskinan berdasarkan laporan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) setempat. Jumlah penduduk miskin menurun dari 74.580 jiwa pada Maret 2023 menjadi 73.750 jiwa pada Maret 2024. Namun, mereka yang sudah berada di garis kemiskinan justru semakin sulit.

Berdasarkan data yang dihimpun BPS Trenggalek, persentase penduduk miskin juga turun dari 10,63% pada Maret 2023 menjadi 10,50% pada Maret 2024. Namun, ada sisi lain dari laporan ini yang memprihatinkan. Yakni kedalaman dan keparahan kemiskinan di Trenggalek justru mengalami peningkatan. Data menunjukkan bahwa kedalaman kemiskinan (P1) naik dari 1,26 menjadi 1,43, sementara keparahan kemiskinan (P2) naik dari 0,21 menjadi 0,28.

Kepala BPS Trenggalek, Emil Wahyudiono, mengungkapkan bahwa meskipun jumlah penduduk miskin berkurang, mereka yang sudah miskin semakin sulit untuk keluar dari jeratan kemiskinan. Penurunan jumlah penduduk miskin ini tidak serta merta mencerminkan perbaikan bagi seluruh kelompok.

“Banyak di antara mereka yang terlanjur miskin, justru semakin terpuruk karena garis kemiskinan kita naik dari Rp 411.527 per kapita per bulan menjadi Rp 434.146 per kapita per bulan,” ujar Emil.

Ia menjelaskan bahwa peningkatan garis kemiskinan tidak diiringi dengan peningkatan pendapatan masyarakat miskin, sehingga mereka semakin tertinggal. Ini menyebabkan banyak keluarga semakin tertekan dan tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar mereka.

“Pendapatan mereka tetap stagnan, sementara biaya hidup terus naik. Beban hidup juga semakin berat karena rata-rata jumlah anggota rumah tangga bertambah,” lanjutnya.

Faktor utama yang memicu kenaikan garis kemiskinan adalah inflasi yang terus meningkat, terutama harga kebutuhan pokok. Tingginya harga bahan pangan menyebabkan banyak rumah tangga miskin semakin kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Harga kebutuhan pokok yang tinggi menambah beban hidup masyarakat miskin, sehingga mereka semakin terjerumus ke dalam kemiskinan yang lebih dalam,” tambah Emil.

BPS Trenggalek juga mencatat bahwa rilis data kemiskinan tahun ini dilakukan lebih awal, yakni pada bulan Agustus, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang biasanya disajikan pada bulan November atau Desember.

Sebagai langkah antisipasi, Emil berharap pemerintah pusat dan daerah terus menggencarkan program pengendalian inflasi agar harga kebutuhan pokok tetap dapat dijangkau masyarakat. Meskipun jumlah penduduk miskin menurun, tantangan besar bagi Trenggalek adalah bagaimana memastikan mereka yang terjebak dalam kemiskinan yang lebih dalam bisa mendapatkan bantuan dan solusi yang efektif.

“Program pengendalian inflasi menjadi sangat penting agar masyarakat, terutama yang berada di bawah garis kemiskinan, tidak semakin tertekan dengan lonjakan harga bahan pokok,” pungkasnya.(CIA)