Hanya Ada di 6 Puskesmas, Tak Semua Warga Trenggalek Bisa Nikmati Fisioterapi Keliling Gratis

oleh
oleh

TRENGGALEK, bioztv.id – Pemerintah Kabupaten Trenggalek mulai menjalankan layanan fisioterapi keliling di sejumlah Puskesmas. Program ini menjadi langkah awal pemerataan layanan kesehatan, terutama bagi lansia dan penyandang disabilitas yang kesulitan menjangkau rumah sakit di pusat kota.

Namun, banyak pihak mempertanyakan kesiapan dan keberlanjutan program ini. Apakah layanan ini benar-benar siap dijalankan secara berkelanjutan, atau hanya sebatas proyek percontohan tanpa dukungan sistem yang kuat?

Dinkes Sediakan Fisioterapi di Enam Puskesmas

Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Trenggalek, Sunarto, menjelaskan bahwa pihaknya baru mampu menyediakan layanan fisioterapi di enam Puskesmas. Keenam Puskesmas tersebut meliputi Puskesmas Panggul, Dongko, Ngulankulon, Karangan, Tugu, dan Trenggalek.

“Kami memulai dari enam Puskesmas sebagai pilot project.” ujar Sunarto.

Program ini hadir untuk menjawab kebutuhan nyata masyarakat. Banyak warga lanjut usia dan penyandang disabilitas di wilayah pegunungan tidak mampu datang ke RSUD yang berjarak puluhan kilometer. Namun, keterbatasan tenaga ahli masih menjadi tantangan utama bagi pelaksanaan program ini.

“Angka harapan hidup masyarakat Trenggalek tinggi, tapi banyak yang mengalami ketergantungan sedang hingga total,” imbuh Sunarto.

Keterbatasan SDM Membuat Pasien Harus Menunggu Lama

Dinkes Trenggalek saat ini hanya memiliki beberapa tenaga fisioterapis. Kondisi tersebut memaksa mereka bergantian melayani pasien di berbagai Puskesmas. Akibatnya, layanan tidak bisa berjalan setiap hari, dan pasien harus sabar menunggu giliran.

“Kami masih kekurangan tenaga. Karena itu, kami harus menggilir fisioterapis ke beberapa Puskesmas. Keluarga pasien juga perlu mendampingi agar pasien bisa berlatih mandiri di rumah,” jelas Sunarto.

Keterbatasan tenaga ini membuat layanan fisioterapi di Trenggalek belum berjalan ideal. Layanan dasar yang seharusnya rutin dan berkelanjutan justru bergantung pada rotasi petugas keliling.

“Antusiasme masyarakat sangat tinggi, tapi kami harus membatasi jumlah pasien. Karena waktu terapi cukup lama, sementara tenaga kami terbatas,” tambahnya.

Warga Senang Tapi Keluhkan Jadwal Terapi yang Tidak Pasti

Warga mulai merasakan manfaat program ini, meski masih menghadapi kendala teknis. Sri Haryati, warga Desa Pogalan, mengaku bersyukur karena suaminya, Sumaji, yang menderita stroke, kini bisa menjalani terapi di Puskesmas Ngulankulon.

“Saya senang ada layanan ini. Gratis dan dekat dari rumah,” kata Sri.

Pengalaman Sri menunjukkan bahwa niat baik pemerintah sudah terlihat, tetapi dukungan sumber daya masih belum seimbang dengan kebutuhan masyarakat. Tanpa tambahan tenaga dan anggaran, program fisioterapi keliling ini berisiko berhenti di tahap simbolis.

“Kami ingin mengetahui kebutuhan pasien dan layanan apa yang masih kurang agar bisa kami evaluasi,” ujar Sunarto.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pemerintah daerah sudah menyadari kekurangan yang ada. Namun, masyarakat berharap evaluasi itu menghasilkan tindakan nyata, bukan sekadar laporan tahunan. Seiring meningkatnya jumlah lansia, warga menunggu kehadiran layanan fisioterapi yang benar-benar menjangkau seluruh Puskesmas se Kabupaten Trenggalek.(CIA)

Views: 30