Inovasi Petani Trenggalek, Limbah Rumen Kambing Kurban Diolah Menjadi Pupuk & Pestisida Organik

oleh
oleh

TRENGGALEK – bioztv.id – Kreatifitas para petani di Desa Wonanti, Kecamatan Gandusari, Trenggalek patut diacungi jempol. Mereka memanfaatkan limbah rumen (isi perut) kambing kurban Idul Adha menjadi pupuk organik cair, pestisida nabati, dan pupuk padat nabati. Pupuk dan pestesida organik itu terbukti ramah lingkungan dan bermanfaat bagi tanaman.

“Biasanya ruman kambing maupun sapi hanya dibuang sia-sia dan menimbulkan bau, sehingga kami berinisiatif mengolahnya menjadi pupuk dan pestisida alami,” ujar Suparno, Ketua Gapoktan Sedono Makmur, Desa Wonanti.

Proses pembuatannya pun terbilang mudah. Untuk rumen dari satu ekor kambing cukup dicampur dengan bahan baku tetes dan air bekas cucian beras, atau yang biasa disebut air leri. Setelah tercampur, kemudian difermentasi selama 25 hari.

“Hasilnya, 1 rumen kambing bisa menghasilkan 10-20 liter pupuk organik cair,” ungkap Suparno

Untuk proses pengaplikasiannya, pupuk cair dari rumen kambing maupun rumen sapi ini disemprotkan ke tanah saat akan ditanami padi. Artinya, setelah lahan sawah dibajak, baru dilakukan penyemprotan pupuk organic cair ini. Setelah itu baru ditanami padi. Per hektar sawah cukup disemprot sekitar sekitar 10 liter hingga 20 liter pupuk organic cair.

“Probiotik dari rumen membantu mengurai tanah dan jerami menjadi pupuk alami, sehingga tanaman tumbuh subur dan hasil panen meningkat.” jelas Suparno

Manfaat pupuk dan pestisida alami ini tak hanya terbatas pada kesuburan tanah dan hasil panen. Petani di Desa Wonanti telah merasakan manfaatnya secara langsung.

“Pupuk dan pestisida alami ini lebih hemat biaya dan ramah lingkungan dibandingkan dengan produk kimia.” imbuhnya.

Suparno juga mengajak para petani untuk memanfaatkan rumen sebagai bahan baku pupuk organik, agar tidak hanya trebuang sia sia dan menjadi limbah. Gapoktan Sedono Makmur selalu membagikan sekitar 4000 liter pupuk organik cair kepada petani di Desa Wonanti dan sekitarnya setiap musim tanam.

“Dari 150 hektar lahan di sini, 100 hektar sudah menggunakan pupuk organik cair ini. Bahkan, banyak petani dari luar daerah yang sudah memanfaatkannya,” ujarnya.

Uli Carla, seorang warga Sidoarjo yang memiliki kebun sawit di Kalimantan, turut tertarik dengan inovasi ini. Bahkan, ia rela datang langsung ke Gapoktan Sedono Makmur untuk belajar membuat pupuk cair berbahan rumen kambing ini.

“Saya sangat tertarik dengan pembuatan pupuk organik cair dan probiotik nabati ini karena sangat membantu dan banyak memberi manfaat.,” kata Uli Carla.

Ia juga berharap pemanfaatan limbah menjadi pupuk organic cair ini bisa menjadi solusi agar petani tidak banyak mengeluarkan biaya, tapi justru meningkatkan hasil produksi yang lebih memuaskan.

“Rencananya, saya akan mengaplikasikan pupuk organik cair ini di kebun sawit saya di Kalimantan.”

Dengan semangat gotong royong dan inovasi, Gapoktan Sedono Makmur di Desa Wonanti tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani melalui produk-produk organik berkualitas tinggi. Kisah inspiratif ini menunjukkan bahwa dengan kreatifitas dan kerjasama, limbah pun bisa diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai. (CIA)