BLITAR, bioztv.id – Di tengah padatnya permukiman warga di Kampung Bonares, Kelurahan Kepanjenlor, Kecamatan Kepanjen, Kota Blitar, terdapat sebuah kisah sukses yang menginspirasi. Nastain, seorang warga berusia 41 tahun, membuktikan bahwa lahan sempit di halaman rumahnya bisa menjadi sumber penghasilan menjanjikan.
Dengan memanfaatkan ruang terbatas, ia membudidayakan madu klanceng, jenis lebah tanpa sengat yang menghasilkan madu berkualitas tinggi. Tak hanya ramah lingkungan, budidaya ini juga mendatangkan keuntungan hingga jutaan rupiah setiap bulannya.
Madu klanceng, atau yang dikenal sebagai Trigona, berbeda dari lebah madu biasa. Ukurannya lebih kecil dan tidak memiliki sengat, sehingga aman dibudidayakan di lingkungan permukiman. Namun, jenis klanceng hutan yang dipelihara Nastain memiliki ukuran dua kali lebih besar dibandingkan klanceng rumahan.
“Klanceng hutan ini lebih produktif. Satu log (koloni) bisa menghasilkan sekitar 600 mililiter madu setiap bulan,” ujar Nastain saat ditemui di kediamannya.
Dengan harga jual mencapai Rp700.000 per liter, madu klanceng hutan menjadi komoditas yang sangat menguntungkan. Nastain menjelaskan, klanceng hutan memiliki daya jelajah yang lebih luas, mencapai 600 meter, sehingga mampu mengumpulkan nektar dari berbagai sumber bunga di sekitarnya.
“Mereka tidak perlu diberi makan. Cukup sediakan lingkungan yang mendukung, seperti tanaman bunga yang mereka sukai,” tambahnya.
Untuk memastikan kualitas madu yang dihasilkan, Nastain menanam bunga air mata pengantin dan bunga santos lemon di sekitar rumahnya. Kedua jenis bunga ini, yang biasanya tumbuh di hutan, menjadi favorit klanceng hutan.
“Selain membuat lingkungan lebih hijau, bunga-bunga ini juga menarik perhatian klanceng untuk mencari nektar,” ujarnya.
Budidaya madu klanceng tidak hanya memberikan keuntungan finansial bagi Nastain, tetapi juga berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan. Klanceng dikenal sebagai penyerbuk alami yang membantu proses penyerbukan tanaman di sekitarnya.
“Ini adalah bentuk usaha yang ramah lingkungan. Kita tidak merusak alam, justru membantu menjaga keseimbangan ekosistem,” kata Nastain.
Keberhasilan Nastain dalam budidaya madu klanceng telah menginspirasi warga sekitar. Beberapa tetangganya mulai tertarik untuk mencoba usaha serupa.
“Saya senang bisa berbagi ilmu dan pengalaman. Semoga semakin banyak orang yang tertarik untuk membudidayakan klanceng,” ucapnya.
Dengan ketekunan dan perawatan yang tepat, budidaya madu klanceng di halaman rumah ternyata bisa menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan. Nastain membuktikan bahwa tidak perlu lahan luas untuk meraih sukses.
“Kuncinya adalah konsistensi dan memahami karakter klanceng. Jika kita merawatnya dengan baik, hasilnya pasti akan memuaskan,” tutupnya.
Berkat kisah Nastain, kini Kampung Bonares tidak hanya dikenal sebagai permukiman padat penduduk, tetapi juga sebagai kampung penghasil madu klanceng berkualitas. Kisah sukses Nastain menjadi bukti bahwa peluang usaha bisa ditemukan di mana saja, bahkan di halaman rumah sendiri.(RBR)