TRENGGALEK, bioztv.id – Menyongsong Hari Jadi ke-831, Kabupaten Trenggalek kembali menghidupkan tradisi sakral jamasan pusaka. Bupati Mochamad Nur Arifin atau Mas Ipin memimpin langsung prosesi penyucian pusaka di Pendopo Manggala Praja Nugraha, Jumat (29/8/2025).
Di balik prosesi ini, masyarakat Trenggalek memandang jamasan bukan sekadar ritual budaya, melainkan simbol amanah kepemimpinan dan identitas sejarah yang terus mereka jaga lintas generasi.
Pusaka Bupati dan Kabupaten Dikarak ke Lokasi Bersejarah
Dalam prosesi ini, Mas Ipin menjelaskan bahwa pusaka yang mereka jamas terbagi menjadi dua segmen: pusaka bupati dan pusaka kabupaten. Setelah penyucian, mereka mengarak pusaka itu ke dua lokasi bersejarah, yaitu Prasasti Kamulan di Kecamatan Durenan dan Desa Karangrejo di Kecamatan Kampak.
“Jamasan artinya mensucikan sekaligus membersihkan pusaka. Pusaka terbagi menjadi dua segmen, yaitu pusaka bupati dan pusaka kabupaten, sebelum kami arak ke Kamulan dan Karangrejo,” ungkap Mas Ipin.
Setelah mereka sucikan, masyarakat menyemayamkan pusaka itu sementara di Balai Desa Kamulan dan Karangrejo. Puncaknya, Minggu (31/8/2025), masyarakat akan mengarak seluruh pusaka menuju Pendopo Manggala Praja Nugraha sebagai bagian dari rangkaian Hari Jadi ke-831 Trenggalek.
Nyai Sakanti, Warna Baru Harmoni di Pendopo
Selain jamasan, prosesi tahun ini menghadirkan nuansa baru dengan penamaan gamelan pusaka di Pendopo. Pemerintah Kabupaten Trenggalek resmi menamai gamelan itu Nyai Sakanti, sebagai pendamping Kyai Korowelang.
Menurut Mas Ipin, pemberian nama ini melambangkan filosofi mendalam tentang harmoni dan kerukunan. Ia menegaskan ajaran Sunan Kalijaga bahwa perbedaan justru bisa melahirkan keselarasan.
“Kami berharap Nyai Sakanti melengkapi sisi harmonis. Kalau kami punya Kyai Korowelang, pendampingnya adalah Nyai Sakanti. Semoga setiap langkah yang kami iringi dengan gamelan ini bisa selaras dan membawa kebaikan,” jelasnya.
Jamasan Lebih dari Sekadar Tradisi
Beberapa pusaka penting yang mereka jamas memiliki nilai historis tinggi, seperti Tombak Kyai Wignyo Murti dan Songsong Hayom Sih, pemberian Sultan Hamengkubuwono X. Selain itu, mereka juga mengarak empat Tombak Kyai Korowelang: dua tombak merah-putih menuju Karangrejo dan dua tombak cokelat menuju Kamulan.
Mas Ipin menegaskan bahwa jamasan tidak hanya sekadar ritual turun-temurun. Menurutnya, masyarakat harus memaknainya sebagai pengingat akan amanah kepemimpinan dan pentingnya menjaga kerukunan.
“Pusaka kabupaten melambangkan kerukunan masyarakat. Kami membersihkannya agar masyarakat tetap rukun. Sedangkan bagi pejabat, pusaka itu adalah amanah dan kepercayaan. Amanah hanya bisa dijaga dengan iman, maka sering kami bersihkan,” tegasnya.
Daftar Pusaka yang Mereka Jamas Tahun Ini
- Tombak Kyai Wignyo Murti
- Songsong Hayom Sih
- Tombak Kyai Korowelang (1–4)
- Tombak Biring Kamulan (1–2)
- Songsong Tunggul Naga
- Songsong Tunggul Praja
- Pataka Parasamya Praja Nugraha
- Pataka Jwalita Praja Karana
- Pataka Prasasti Kamulan
- Ageman & Pusaka Bupati
Momentum Refleksi dan Persatuan
Tradisi jamasan pusaka menjelang Hari Jadi ke-831 Trenggalek tidak hanya menampilkan warisan budaya. Masyarakat juga menegaskan bahwa pusaka adalah perekat identitas. Ritual ini menjadi momentum refleksi bagi pemimpin dan masyarakat: menjaga pusaka berarti menjaga amanah dan merawat persatuan.(CIA)
Views: 59

















