Diserbu Pengamen Liar, Pedagang & Pengunjung Kuliner Pasar Pon Trenggalek Resah Tak Nyaman

oleh
oleh

TRENGGALKEK, bioztv.id – Kawasan kuliner malam Pasar Pon Trenggalek seharusnya menjadi tempat nyaman untuk nongkrong dan menikmati jajanan khas. Namun, kini muncul keresahan baru: puluhan pengamen silih berganti mendatangi setiap meja pengunjung. Aktivitas mereka mengganggu suasana dan mengurangi kenyamanan di pusat kuliner yang sedang naik daun ini.

Setiap malam, kawasan Pasar Pon ramai oleh anak muda yang duduk santai di warung-warung angkringan. Lampu temaram dan aroma kopi panas seolah mengundang siapa saja untuk melepas lelah. Namun, di balik suasana itu, pedagang dan pengunjung justru mengeluh.

“Sebagai pedagang, kami juga merasa terganggu. Tiap satu jam, sekitar sepuluh pengamen lewat,” ujar Hilmi Afnan, seorang pedagang angkringan di kawasan tersebut, Minggu (3/8/2025) malam.

Menurut Hilmi, gelombang pengamen yang datang terus-menerus tidak hanya membuat suasana kurang nyaman, tetapi juga menciptakan kesan kumuh dan semrawut. Ia mengaku, banyak pengunjung memilih pergi lebih cepat karena merasa risih dan tidak bisa menikmati waktu bersantai.

“Kalau pengamennya terlalu banyak, kesannya jadi kumuh dan semrawut. Pembeli pun harus mengeluarkan uang ekstra untuk memberi mereka. Lama-lama ini jadi beban juga,” jelasnya.

Pemerintah Abai, Minim Penertiban Pengamen

Ironisnya, meski kondisi ini terjadi hampir setiap malam, pemerintah daerah dan petugas Satpol PP belum mengambil tindakan tegas. Sejak kawasan kuliner ini resmi dibuka, Hilmi mengaku belum ada penertiban pengamen yang berkala, baik dari pengelola pasar maupun pihak keamanan.

“Padahal pengamennya datang terus-terusan. Bahkan, banyak dari mereka bukan warga Trenggalek, tapi dari luar kota,” tambahnya.

Tidak semua pengamen datang dengan alat musik. Beberapa hanya menyodorkan tangan meminta uang. Beragamnya model pengamen ini semakin memperkuat kesan tidak adanya sistem atau aturan yang mengatur aktivitas mereka.

Solusi Humanis: Wadah Kreativitas, Bukan Sekadar Penertiban

Meski terganggu, Hilmi tidak sepenuhnya menolak kehadiran pengamen. Ia justru berharap pemerintah memberikan solusi yang lebih humanis. Penertiban, menurutnya, bukan berarti pengusiran. Perlu ada ruang yang bisa mewadahi kreativitas mereka agar kegiatan mengamen tidak liar dan bisa pengunjung nikmati bersama.

“Kalau bisa ya jangan cuma ditertibkan, tapi dirangkul. Beri mereka ruang untuk berkreativitas. Mungkin pemerintah bisa membuat live music event yang melibatkan para pengamen. Bisa seminggu sekali, atau dua minggu sekali, kan keren kalau Trenggalek punya konsep seperti itu,” harap Hilmi.

Dengan adanya wadah resmi, para pengamen bisa tampil lebih layak dan profesional. Hal ini juga akan mengangkat citra kawasan kuliner Pasar Pon sebagai destinasi nongkrong yang nyaman sekaligus berkarakter.

Kawasan Kuliner: Simbol Kota yang Harus Terjaga

Pasar Pon kini menjadi salah satu pusat aktivitas malam di Kota Trenggalek. Puluhan angkringan dan warung kopi buka hingga larut, menawarkan menu sederhana dengan suasana khas pedesaan. Sayangnya, jika tidak segera tertangani, lonjakan jumlah pengamen bisa mengikis nilai plus kawasan ini di mata pengunjung.

Pemerintah daerah harus bertindak. Penataan kawasan kuliner tidak cukup hanya membangun tenda dan lampu. Mereka juga harus menjaga kenyamanan sosial agar ekosistem usaha kuliner tetap tumbuh dan diminati.

“Pedagang saja bisa mereka tertibkan, masa pengamen tidak bisa? Harapannya ya dibuatkan sistem yang tertib dan manusiawi,” pungkas Hilmi.(CIA)

Views: 145