Peringatan Kudatuli di Trenggalek: Refleksi Luka Sejarah dan Semangat Menjaga Demokrasi

oleh
oleh

TRENGGALEK, bioztv.id – Tanggal 27 Juli bukan sekadar penanda di kalender, tetapi menjadi sejarah perjuangan yang terus kita kenang. Keluarga besar PDI Perjuangan Trenggalek kembali memperingati Peristiwa Kudatuli dengan mengadakan sarasehan dan doa bersama di kantor DPC PDI Perjuangan.

Momentum ini tidak hanya menjadi bentuk penghormatan bagi para pejuang demokrasi, tetapi juga sebuah peringatan penting bagi generasi muda agar tidak melupakan sejarah kelam yang membuka jalan menuju reformasi.

Mengenang Kudatuli: Tragedi Politik Pemicu Perubahan Besar

Kudatuli, atau Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli 1996, adalah tragedi politik yang masih membekas dalam sejarah bangsa. Serangan terhadap Kantor DPP PDI di Jakarta Pusat saat itu, yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri, menjadi titik balik perlawanan rakyat terhadap tirani Orde Baru. Insiden ini menyebabkan puluhan korban luka, cacat, bahkan meninggal dunia.

Sekretaris DPC PDI Perjuangan Trenggalek, Doding Rahmadi, menekankan pentingnya refleksi terhadap tragedi tersebut, terutama bagi kader-kader muda.

“Peringatan ini bukan sekadar rutinitas. Kudatuli adalah titik awal perlawanan rakyat terhadap ketidakadilan. Dari mimbar bebas yang dibungkam, justru muncul semangat perlawanan hingga meledak menjadi reformasi 1998,” ujar Doding usai sarasehan peringatan Kudatuli, Minggu malam (27/7/2025).

Dari Luka Menuju Demokrasi: Warisan Perjuangan yang Tak Boleh Pudar

Menurut Doding, Kudatuli memantik kesadaran rakyat Indonesia akan pentingnya menentukan nasib secara mandiri. Dari darah dan air mata para pejuang itulah lahir tonggak-tonggak demokrasi yang kini kita nikmati, mulai dari pemilihan umum yang terbuka hingga pemilihan presiden dan kepala daerah secara langsung.

“Semangat yang bisa kita ambil hari ini adalah bagaimana rakyat belajar dari sejarah dan menjaga demokrasi tetap sehat. Reformasi bukanlah hadiah, tetapi hasil dari perjuangan panjang yang dibayar mahal,” tegasnya.

Kader Muda Diingatkan untuk Menggenggam Sejarah

Peringatan Kudatuli di Trenggalek kali ini tidak hanya menjadi ajang mengenang, tetapi juga pendidikan politik bagi generasi muda. Melalui sarasehan yang melibatkan kader-kader baru, DPC PDIP ingin menanamkan nilai keberanian, konsistensi, dan keberpihakan pada rakyat.

Doding menyebut, kita harus menjaga semangat reformasi agar tidak kembali dibajak oleh kepentingan kekuasaan.

“Kita harus kritis. Demokrasi hari ini memang sudah lebih terbuka, tetapi tantangannya juga semakin kompleks. Kita memerlukan semangat Kudatuli untuk tetap teguh membela keadilan, bukan hanya sekadar memenangkan pemilu,” pungkasnya.

Demokrasi Tidak Lahir Seketika

Peringatan Kudatuli di Trenggalek menjadi pengingat bahwa demokrasi yang kini kita nikmati tidak lahir dalam semalam. Ia tumbuh dari luka, keberanian, dan semangat rakyat yang menolak tunduk pada ketidakadilan.

Di tengah arus pragmatisme politik yang kian menguat, semangat Kudatuli kembali digaungkan. Demokrasi harus kita jaga, bukan hanya kita rayakan setiap lima tahun sekali..(CIA)

Views: 50