TRENGGALEK, bioztv.id – Fenomena minimnya jumlah murid baru di sejumlah sekolah negeri di Trenggalek, Jawa Timur, kian memprihatinkan. Di tengah gencarnya pemerintah daerah mendorong pemerataan pendidikan, kenyataan di lapangan justru menunjukkan krisis pendaftar di tingkat SD dan SMP Negeri.
Satu Siswa Belajar Sendirian di Kelas
Salah satu contoh paling mencolok terjadi di SDN 1 Kendalrejo, Kecamatan Durenan. Pada tahun ajaran 2025 ini, sekolah tersebut hanya menerima satu siswa baru. Meskipun demikian, proses Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tetap berjalan normal, meski hanya diikuti oleh satu anak di dalam kelas.
“Dibanding tahun kemarin, jumlahnya turun drastis. Dulu ada 11 siswa, sekarang tinggal satu,” ungkap Didin Luskha, Kepala SDN 1 Kendalrejo.
Didin mengakui, minimnya lulusan TK di wilayah tersebut menjadi penyebab utama. Selain itu, banyaknya sekolah setingkat SD di kawasan sekitar membuat persaingan pendaftar semakin ketat. Pihak sekolah sudah berupaya menarik minat masyarakat melalui berbagai cara, mulai dari komunikasi langsung dengan wali murid hingga membuat event mewarnai untuk anak-anak TK di sekitar.
“Lewat kegiatan mewarnai itu, kami bisa mengenalkan program sekolah sekaligus menarik simpati orang tua,” imbuhnya.
Di sisi lain, Mita Purwanti, guru kelas 1 di sekolah tersebut, mengungkapkan bahwa satu-satunya siswa baru itu bernama Rohmat Widianto. Meski sendirian, proses MPLS tetap berjalan normal. Pihak sekolah berupaya menciptakan suasana nyaman agar Rohmat tidak merasa asing.
“Saya tetap berkomunikasi dengan orang tuanya, supaya anak ini betah sekolah di sini,” ujar Mita.
21 SD Negeri Trenggalek Krisis Pendaftar, Satu Sekolah Kosong Total
Berdasarkan data dari spmb.trenggalekkab.go.id, setidaknya 21 SD Negeri di Trenggalek mengalami krisis pendaftar. Salah satunya, SDN 3 Sumurup di Kecamatan Bendungan, yang tahun ini tidak menerima pendaftar sama sekali. Beberapa SD lainnya bahkan hanya mendapatkan 1 hingga 3 siswa saja.
Berikut daftar SD Negeri dengan krisis pendaftar yang menunjukkan tren mengkhawatirkan:
Kecamatan Bendungan:
- SDN 3 Sumurup (0 siswa)
- SDN 3 Srabah (3 siswa)
Kecamatan Durenan:
- SDN 1 Kendalrejo (1 siswa)
Kecamatan Pogalan:
- SDN 1 Gembleb (1 siswa)
- SDN 3 Pogalan (2 siswa)
- SDN 1 Wonocoyo (3 siswa)
Kecamatan Panggul:
- SDN 3 Manggis (1 siswa)
Kecamatan Tugu:
- SDN 2 Jambu (2 siswa)
- SDN 5 Prambon (2 siswa)
Kecamatan Watulimo:
- SDN 1 Dukuh (2 siswa)
Kecamatan Karangan:
- SDN 2 Sukowetan (2 siswa)
- SDN 3 Karangan (2 siswa)
- SDN 2 Kerjo (3 siswa)
Kecamatan Munjungan:
- SDN 3 Karangturi (2 siswa)
Kecamatan Pule:
- SDN 3 Karanganyar (2 siswa)
- SDN 4 Puyung (2 siswa)
- SDN 1 Pakel (3 siswa)
- SDN 8 Pule (3 siswa)
- SDN 6 Jombok (3 siswa)
Kecamatan Gandusari:
- SDN 1 Sukorejo (3 siswa)
Kecamatan Trenggalek:
- SDN 3 Tamanan (3 siswa)
Fenomena ini tidak hanya terjadi di jenjang SD. Di jenjang SMP pun, SMPN 2 Gandusari dan SMPN 2 Suruh masing-masing hanya memperoleh 8 pendaftar. Kondisi ini menjadi alarm serius bagi pemerintah daerah. Dominasi sekolah swasta berbasis agama dan sekolah favorit diduga menjadi pemicu yang tak bisa diabaikan. Ini menunjukkan tantangan besar dalam pemerataan dan daya saing pendidikan di Trenggalek.(CIA)
Views: 95