Visi Trenggalek Menuju Net Zero Carbon, Peluang Ekonomi Baru dari Monetisasi Alam Jualan Karbon

oleh
oleh

TRENGGALEK, bioztv.id – Mantap usung visi Net Zero Carbon, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin, alias mas Ipin yakin visi ini tidak hanya akan membawa manfaat bagi lingkungan. Visi juga diyakini akan membuka peluang ekonomi baru yang signifikan bagi daerahnya. Pasalnya, emisi karbon bisa menjadii pemicu krisis iklim, krisis kesehatan dan pangan.

“Kita ingin mendorong bagaimana kita bisa melahirkan satu kebijakan konkret,” ujar Mas Ipin. “Goals-nya dalam jangka waktu pendek menengah ini menjadi carbon neutral city.”

Lebih lanjut, Mas Ipin menjelaskan bahwa Trenggalek memiliki potensi besar untuk mewujudkan net zero carbon, karena 60% wilayahnya terdiri dari hutan dan memiliki garis pantai yang panjang dengan ekosistem mangrove dan lamun yang kaya. Ekosistem ini, bersama dengan kawasan karst di Trenggalek, memiliki kemampuan untuk menyerap karbon dalam jumlah besar.

“Kalau mangrove yang dihitung karbonnya itu, satu batang tegaknya, kemudian kedua sedimennya, sedimen itu tanah ke bawahnya. Kemudian ketiga itu reruntuhan daun dan ranting tumbuhannya itu. Karena kalau jatuh dan diolah mikro organisma juga bisa menyerap polusi,” jelas Mas Ipin.

Berdasarkan perhitungannya, satu hektar mangrove di Trenggalek dapat menyerap hingga 3.000 ton karbon per tahun. Dengan harga jual karbon di Kanada yang mencapai 125 dolar per ton untuk mangrove. Dla. hitungan kasar per tahun, untuk mangrove  di Trenggalek diperkriakan bisa bernilai 150 juta dolar atau sekitar 2,4 triliun rupiah.

“Di Kecamatan Watulimo saja kita punya 400 hektar mangrove. Kalau dikalikan 3.000 ton per hektar kali 400 hektar itu berarti 1,2 Juta ton per hektar,” kata Mas Ipin. “Itu sebenarnya masa depan yang ingin kita capai di Kabupaten Trenggalek.”

Mas Ipin menuturkan bahwa Pemkab Trenggalek sedang bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menyusun baseline gas rumah kaca dan cadangan karbon di Trenggalek. Selain itu, Pemkab Trenggalek juga sedang menjajaki kerja sama dengan berbagai pihak untuk mempelajari lebih lanjut tentang potensi perdagangan karbon di Trenggalek.

“Perdagangan karbon ini bisa menjadi skema fiskal yang baru melalui pembangunan yang berbasis lestari,” kata Mas Ipin. “Ini bisa menjadi peluang ekonomi baru bagi Trenggalek dan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.”

Mas Ipin memperkirakan bahwa Trenggalek dapat menghasilkan hingga 2,4 triliun rupiah per tahun dari penjualan karbon. Ini setara dengan 40% dari APBD Trenggalek saat ini.

“Kalau kita bisa mencapai target net zero carbon di tahun 2045, ini akan menjadi sumber pendapatan baru yang signifikan bagi Trenggalek,” kata Mas Ipin. “Dana ini dapat digunakan untuk membiayai berbagai program pembangunan di Trenggalek, seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.”

Mas Ipin berharap Trenggalek dapat menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia dalam mewujudkan net zero carbon dan memanfaatkan peluang ekonomi dari perdagangan karbon.

“Kita ingin Trenggalek menjadi model nasional untuk daerah lain dalam hal ini,” kata Mas Ipin. “Kita ingin menunjukkan bahwa net zero carbon tidak hanya baik untuk lingkungan, tetapi juga bisa membawa manfaat ekonomi yang besar.”

Visi Trenggalek Net Zero Carbon tidak hanya ambisius, tetapi juga realistis dan memiliki potensi untuk membawa manfaat besar bagi Trenggalek dan Indonesia. Dengan kepemimpinan yang kuat dari Bupati Arifin dan kerja sama dari semua pihak, diharapkan Trenggalek dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mewujudkan masa depan yang berkelanjutan dan sejahtera.(CIA)