TRENGGALEK, bioztv.id – Jahe merah mulai jadi tanaman yang digandrungi sejumlah petani di Trenggalek. Untuk dapatkan hasil panen yang masimal, petani jahe merah ini ternyata terapkan standart operasional (SOP) sejak pemilihan bibit, penanaman, perawatan, hingga pasca panen. Seperti apa prosesnya ? simak liputannya berikut ini.
Salah satu daerah yang saat ini para petaninya getol kembangkan budidaya jahe merah adalah petani yang ada di Kecamatan Pule, kabupaten Trenggalek. Sebenarnya, petani di daerah ini sudah lama budidaya jahe. Namun, budidaya yang ia lakukan hanyalah menanam secara tradisional dengan sistem tumpang sari. Disisi lain, proses penanaman itu juga minim perawatan. Akibatnya, hasil panen juga kurang maksimal. Namun kondisi ini berubah setelah para petani difasilitasi oleh badan usaha milik desa bersama (Bumdesma).
Direktur Bumdesma Sari Bumi Kecamatan Pule, Hari subianto menyampaikan, proses budidaya jahe merah sebenarnya sama dengan budidaya jahe pada umumnya. Yang perlu diperhatikan saat budidaya jahe ini adalah pengolahan lahan dan pemberian pupuk dasar. Kemudian setelah dilakukan penanaman, dilanjutkan perawatan secara berkala. Jika pada proses ini sudah bagus, bisa dipastikan hasil panennya juga akan bagus.
Hari juga menambahkan, Pupuk dasar untuk budidaya jahe merah ini harus pupuk yang sudah difermentasi. Pasalnya, jika pupuk mentah digunakan untuk pupuk dasar pada lahan, dampaknya justru tanaman akan rentan terkena penyakit. Sementara itu, salah satu penyakit yang hingga saat ini belum ada obatnya adalah busuk rempang. Terlebih penyakit ini juga bisa menular dengan cepat ke tanaman jahe lainnya. Dampak terburuknya tanaman jahe merah bisa gagal panen.