TRENGGALEK, bioztv.id – Ratusan nelayan Prigi, Watulimo, Trenggalek kembali menggelar tradisi Larung Sembonyo. Upacara labuh laut ini adalah wujud syukur atas hasil tangkapan ikan yang melimpah. Mereka juga memohon keselamatan saat melaut. Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun.
Masyarakat Prigi selalu menantikan momen ini setiap tahun. Larung Sembonyo bukan hanya tradisi turun-temurun. Kini, tradisi ini menjadi daya tarik budaya. Tradisi ini menghidupkan kawasan pesisir dan mempererat persatuan warga. Tahun ini, masyarakat tetap antusias dan mandiri menyelenggarakan prosesi adat ini. Dukungan pemerintah memang lebih terbatas.
Tumpeng Raksasa Diarak ke Tengah Laut
Prosesi Larung Sembonyo dimulai dengan kirab tumpeng raksasa. Warga setempat menyebutnya Buceng. Tumpeng ini berisi aneka hasil bumi. Tumpeng diarak dari Kantor Kecamatan Watulimo menuju Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi. Ribuan warga memadati jalan. Mereka menyambut iring-iringan dengan gembira.
Sesampainya di pelabuhan, nelayan dan warga berdoa bersama. Mereka bersyukur atas berkah laut selama setahun terakhir. Mereka juga memohon keselamatan saat melaut kembali.
Setelah didoakan, tumpeng dan sesaji dibawa ke tengah laut dengan kapal motor. Ratusan perahu nelayan mengawal prosesi pelarungan. Di titik yang ditentukan, tumpeng dan sesaji dilarung ke laut. Ini adalah simbol harapan agar hasil tangkapan tahun depan lebih baik. Mereka juga berharap laut selalu bersahabat.
Masyarakat Lestarikan Adat dengan Mandiri
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Trenggalek, Sunyoto, mengapresiasi semangat masyarakat Prigi. Mereka tetap melestarikan tradisi ini. Meski dukungan pemerintah terbatas tahun ini, masyarakat semakin mandiri. Mereka tetap menggelar acara adat ini.
“Tahun 2025 ini, labuh laut Sembonyo tetap terlaksana. Upacara adat ini adalah ungkapan syukur nelayan Pantai Prigi. Mereka bersyukur atas limpahan karunia dari Allah SWT. Mereka juga memohon agar hasil tangkapan tahun depan lebih banyak,” kata Sunyoto.
Menurutnya, masyarakat menunjukkan inisiatif luar biasa. Mereka tetap menggelar Larung Sembonyo secara mandiri. Pemerintah sedang melakukan efisiensi anggaran. Ia berharap tradisi ini terus lestari. Bahkan, tradisi ini bisa berkembang menjadi acara wisata budaya. Ini bisa memberikan dampak ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat pesisir Watulimo.
“Syukur-syukur ke depan bisa jadi event wisata budaya. Event ini punya dampak ekonomi dan sosial lebih besar di kawasan ini,” tambahnya.
Lebih dari Sekadar Ritual Tahunan
Bagi nelayan Prigi, Larung Sembonyo bukan hanya upacara adat biasa. Tradisi ini adalah ruang kebersamaan. Tradisi ini mempererat solidaritas antarwarga. Ini juga menjadi waktu untuk introspeksi dan berdoa bersama. Mereka berharap laut tetap menjadi sumber penghidupan yang aman dan sejahtera.
Meskipun zaman terus berubah, tradisi ini tetap hidup di hati masyarakat pesisir Prigi. Ini adalah warisan budaya yang kaya makna. Kearifan lokal ini terus hidup di tengah modernisasi.
“Semoga tradisi Labuh Sembonyo ini tetap lestari dan terjaga. Ini adalah salah satu warisan budaya di Kabupaten Trenggalek,” pungkas Sunyoto.(CIA)
Views: 125