TRENGGALEK, bioztv.id – Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) Trenggalek akhirnya angkat suara terkait polemik kewajiban mengikuti Karnaval Agustusan. Kepala Dikpora, Agus Setiyono, menegaskan bahwa pemerintah tidak mewajibkan sekolah atau siswa ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Agus menyatakan, perayaan Hari Kemerdekaan seharusnya tumbuh dari kesadaran dan rasa nasionalisme, bukan karena tekanan atau kewajiban formal. Ia menyebut karnaval sebagai salah satu bentuk ungkapan syukur atas kemerdekaan, namun bukan satu-satunya cara.
“Tidak ada pemaksaan. Justru kesadaran itulah yang kita harapkan tumbuh dari masing-masing individu,” ungkapnya.
Agus juga mendorong masyarakat untuk merayakan Hari Kemerdekaan melalui berbagai aktivitas positif. Ia menyebut pertandingan olahraga, lomba edukatif, hingga pertunjukan seni sebagai bentuk konkret kecintaan terhadap Tanah Air.
“Ada banyak cara untuk memperingati hari kemerdekaan dan mewujudkan cinta tanah air,” tambahnya.
Agus tak menampik bahwa pelibatan siswa dalam karnaval seringkali menimbulkan beban biaya bagi orang tua. Meski begitu, ia menilai partisipasi dalam kegiatan semacam ini justru menumbuhkan nilai kebangsaan dan semangat juang pada generasi muda.
“Memang ada pengorbanan di situ. Tapi ini juga bagian dari penanaman nilai kebangsaan, nilai juang, dan cinta Tanah Air,” lanjutnya.
Beberapa sekolah memilih tidak mengikuti karnaval karena mempertimbangkan keterbatasan waktu, biaya, atau fokus pada pembelajaran. Di sisi lain, banyak sekolah justru menunjukkan antusiasme tinggi karena menjadikan karnaval sebagai ajang aktualisasi bakat dan kreativitas siswa.
Agus menekankan bahwa pemerintah tidak memaksakan semua pihak untuk berpartisipasi. Ia mendorong masyarakat agar merayakan kemerdekaan secara sukarela dan penuh makna, bukan karena tekanan sosial atau takut dinilai apatis.
“Sekarang kita tinggal mengisi kemerdekaan lewat pembangunan. Salah satunya, ya dengan ikut memperingati hari bersejarah ini,” tandasnya.(CIA)
Views: 49

















