TRENGGALEK, bioztv.id – Fenomena sekolah negeri sepi peminat kembali mencuat di Kabupaten Trenggalek. Tahun ajaran 2025/2026 ini, tercatat 21 Sekolah Dasar Negeri (SDN) mengalami kekurangan peserta didik baru. Bahkan, SDN 3 Sumurup di Kecamatan Bendungan tak mendapat satu pun pendaftar.
Kondisi ini memunculkan pertanyaan besar di tengah upaya pemerintah menggratiskan biaya pendidikan. Mengapa sekolah negeri justru ditinggalkan? Ketua Komisi IV DPRD Trenggalek, Sukarodin, menilai ini bukan sekadar soal fasilitas, tetapi lebih kepada seleksi alam terkait kualitas pendidikan. Menurutnya, masyarakat kini makin cerdas dan selektif menentukan sekolah untuk anak-anak mereka.
“Meskipun gratis, kalau kualitasnya kalah, ya tetap saja ditinggal. Orang tua sekarang tidak peduli negeri atau swasta, yang terpenting pendidikannya bagus. Kalau begini, artinya kita harus mengevaluasi kualitas lembaga,” tegas Sukarodin.
Ia menyebut, kondisi ini dapat terjadi karena dua hal. Pertama, kemungkinan jumlah anak usia sekolah di sekitar lokasi SD memang menurun drastis. Kedua, soal kualitas sekolah itu sendiri yang membuat masyarakat enggan menyekolahkan anaknya di sana.
21 SDN Krisis Pendaftar, 1 Sekolah Kosong Total
Data resmi dari laman SPMB.trenggalekkab.go.id menunjukkan daftar SD dengan jumlah pendaftar sangat minim. Selain SDN 3 Sumurup yang nihil siswa, beberapa SD lain hanya menerima 1 hingga 3 pendaftar saja. Daerah yang mengalami kondisi ini tersebar di Kecamatan Bendungan, Durenan, Pogalan, Panggul, Watulimo, hingga Pule.
Tak hanya SD, fenomena serupa juga terjadi di jenjang SMP. SMPN 2 Gandusari dan SMPN 2 Suruh, masing-masing hanya mendapat 8 pendaftar.
Daftar SD Negeri dengan Krisis Pendaftar :
Kecamatan Bendungan:
- SDN 3 Sumurup (0 siswa)
- SDN 3 Srabah (3 siswa)
Kecamatan Durenan:
- SDN 1 Kendalrejo (1 siswa)
Kecamatan Pogalan:
- SDN 1 Gembleb (1 siswa)
- SDN 3 Pogalan (2 siswa)
- SDN 1 Wonocoyo (3 siswa)
Kecamatan Panggul:
- SDN 3 Manggis (1 siswa)
Kecamatan Tugu:
- SDN 2 Jambu (2 siswa)
- SDN 5 Prambon (2 siswa)
Kecamatan Watulimo:
- SDN 1 Dukuh (2 siswa)
Kecamatan Karangan:
- SDN 2 Sukowetan (2 siswa)
- SDN 3 Karangan (2 siswa)
- SDN 2 Kerjo (3 siswa)
Kecamatan Munjungan:
- SDN 3 Karangturi (2 siswa)
Kecamatan Pule:
- SDN 3 Karanganyar (2 siswa)
- SDN 4 Puyung (2 siswa)
- SDN 1 Pakel (3 siswa)
- SDN 8 Pule (3 siswa)
- SDN 6 Jombok (3 siswa)
Kecamatan Gandusari:
- SDN 1 Sukorejo (3 siswa)
Kecamatan Trenggalek:
- SDN 3 Tamanan (3 siswa)
Daftar SMP Negeri dengan Krisis Pendaftar:
- SMPN 2 Gandusari (8 siswa)
- SMPN 2 Suruh (8 siswa)
Sekolah Swasta Lebih Dilirik, Negeri Terancam Sepi
Sukarodin tak menampik bahwa sekolah swasta kini banyak diminati, meskipun berbayar. Ia menilai, hal ini karena masyarakat tidak lagi sekadar mencari sekolah murah, tetapi yang benar-benar dapat menjamin mutu pendidikan anak.
“Sekarang orang tua bisa memilih. Meskipun membayar, kalau lebih bagus, ya anaknya mereka sekolahkan di situ. Ini yang saya sebut seleksi alam. Kalau kualitasnya bagus, sekolah akan dicari, kalau tidak ya ditinggal,” jelasnya.
Merger Sekolah: Solusi yang Masih Mandek
Meskipun kondisi ini berlangsung setiap tahun, hingga saat ini Pemkab Trenggalek belum mengambil kebijakan untuk melakukan merger sekolah-sekolah minim murid. Sukarodin menyayangkan langkah pemerintah yang cenderung lamban.
“Kalau memang anak usia sekolah di sekitar sekolah itu sedikit, kenapa tidak di-merger? Ini harusnya menjadi perhatian. Jangan sampai dibiarkan kosong, tapi juga jangan gegabah ditutup tanpa solusi,” ujarnya.
Ke depan, Komisi IV DPRD Trenggalek berencana melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kualitas pendidikan di sekolah negeri, sekaligus mendorong peningkatan mutu agar tidak terus tertinggal dari sekolah swasta.
“Negeri atau swasta, kalau bagus ya harus kita dukung. Pemerintah tidak boleh pilih kasih. Kalau sekolah negeri tidak mau ditinggalkan, ya harus berbenah,” tutup Sukarodin.(CIA)
Views: 989

















