Bukan Sekadar Tradisi, Baiat Thariqah di Trenggalek Jadi Jalan Sunyi Pencari Ketenangan Batin

oleh
oleh

TRENGGALEK, bioztv.id – Di tengah hiruk pikuk dunia yang semakin sibuk dan bising, sebuah sudut di Desa Sumbergayam, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, menawarkan ketenangan. Ratusan hati berkumpul di sana untuk satu tujuan: mencari kedamaian jiwa melalui baiat thariqah.

Pondok Pesantren Darussalam Jajar baru saja menggelar haul akbar. Tradisi tahunan ini menjadi penanda kuatnya warisan spiritual di pesantren yang telah berdiri sejak 1931 itu. Puncaknya ditutup dengan baiatan Thariqah Syadziliyah, yang diikuti 350 jamaah baru di hadapan sekitar 2.600 hadirin dari berbagai daerah.

Haul yang berlangsung sejak Jumat diawali dengan semakan Al-Qur’an, dilanjutkan bahstul masail, dan malam puncaknya diisi mauidhoh hasanah oleh KH Khasanun dari Ponorogo. Namun, suasana khidmat benar-benar terasa pada hari terakhir, saat prosesi baiat dilakukan dalam keheningan spiritual yang menyentuh.

Thariqah: Bukan Sekadar Wirid, Tapi Jalan Hidup

KH Afifuddin Yunus, pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Jajar, menyampaikan bahwa thariqah bukan hanya tentang ritual atau wiridan semata.  Pada Tahun 2025 ini, baiatan merupakan yang ke-17 kali sejak berdiri.

“Thariqah ini bukan rutinitas. Ini adalah jalan hidup, jalan untuk lebih memanusiakan manusia,” tuturnya.

Ia menegaskan, thariqah yang dipelihara di pesantren ini telah berlangsung sejak masa KH Muhaiminan Gunardho dari Parakan, Temanggung, Jawa Tengah. Warisan spiritual itu kini diteruskan oleh anak dan cucunya, KH Haidar Muhaiminan dan Gus Rikza Amiq.

“Harapan kami, jamaah yang dibaiat tidak hanya istiqamah secara pribadi, tapi juga bisa memberi manfaat bagi keluarganya, tetangganya, dan menjadi panutan di masyarakat,” tambah KH Afif.

Penempuh Jalan Sunyi dari Berbagai Penjuru

Salah satu jamaah yang baru dibaiat, Ahmad Saifuddin, datang jauh-jauh dari Riau. Ia lahir di Trenggalek, namun telah lama merantau.

“Saya mengikuti thariqah ini karena ingin mendapatkan ketenangan batin. Berwirid dan mendekatkan diri kepada Allah membuat hati saya lebih damai,” ujarnya.

Ahmad bukan satu-satunya yang rela menempuh jarak jauh. Jamaah datang dari berbagai daerah seperti Blitar, Tulungagung, Trenggalek, bahkan sebagian dari Jawa Tengah. Mereka datang dengan satu niat: menghidupkan hati yang sering kali terlupakan oleh rutinitas duniawi.

Ketua panitia haul, Muhsam Baidhowi, menyebut bahwa tahun ini terjadi lonjakan peserta baiat.

“Dari sekitar 2.600 jamaah yang hadir, 350 di antaranya adalah jamaah baru. Ini menunjukkan bahwa semagat spiritual di tengah masyarakat masih sangat kuat,” ujarnya bangga.

Ia menambahkan, acara haul bukan sekadar agenda tahunan, melainkan momentum untuk menyambung silaturahmi, memperbarui niat ibadah, dan meneguhkan jalan spiritual yang lurus.

Pondok Pesantren Darussalam Jajar mungkin tak sebesar pesantren ternama di Jawa Timur lainnya, namun warisan nilai yang dijaganya sungguh besar. Di tempat ini, thariqah bukan sekadar sistem, tapi gerakan jiwa yang merangkul siapa saja yang ingin kembali pulang ke dalam dirinya sendiri.

Dengan jamaah yang terus bertambah, jelas bahwa pesan spiritual dari Pondok Jajar masih relevan. Bahkan di era digital ini, ketenangan hati tetap dicari, dan di tempat sederhana seperti ini, jawabannya ditemukan.(CIA)

Views: 83