Mengintip Potensi Ekonomi Perikanan, Lele & Patin Jadi Komoditas Unggulan di Trenggalek

oleh
oleh

TRENGGALEK, bioztv.idKabupaten Trenggalek terus mencatat pertumbuhan positif di sektor budidaya ikan. Jumlah pembudidaya semakin banyak, dan hasil produksinya meningkat dari tahun ke tahun. Di balik dominasi ikan lele, Desa Sukowetan di Kecamatan Karangan kini perlahan menjelma sebagai pusat budidaya ikan patin.

Plt Kepala Dinas Perikanan Trenggalek, Cusi Kurniawati, menyebut ikan lele masih menempati peringkat teratas produksi. Pada 2023, petani ikan menghasilkan 3,9 juta ton lele, dan angka itu naik menjadi lebih dari 4 juta ton pada 2024.

“Lele ini tetap menjadi nomor satu di Trenggalek. Selain memenuhi kebutuhan lokal, permintaan dari luar kota juga tinggi,” kata Cusi, Jumat (5/9/2025).

Para pembudidaya tidak hanya menjual lele ke pasar lokal, tetapi juga mengirimkannya ke Jawa Tengah, Yogyakarta, dan daerah lain. Mereka biasanya menggabungkan pengiriman dalam jumlah besar dengan hasil panen dari Tulungagung dan Kediri.

Patin: Dari Skala Kecil Menjadi Industri Desa

Meskipun produksinya belum mampu menyaingi lele dan gurami, ikan patin tumbuh konsisten. Data Dinas Perikanan menunjukkan pembudidaya menghasilkan 277 ton patin pada 2023, lalu naik menjadi 312 ton pada 2024. Hingga pertengahan 2025, mereka sudah menghasilkan 209 ton, atau lebih dari 50 persen capaian tahun sebelumnya.

Cusi menjelaskan, eksportir fillet patin di Kecamatan Watulimo dan Pogalan berperan besar dalam mendorong pertumbuhan ini. Mereka membutuhkan bahan baku dalam jumlah besar, dan Desa Sukowetan menjadi pemasok utamanya.

“Sudah ada pengusaha yang menyewa lahan desa 6 hektar untuk budidaya patin. Dari situ, kami kembangkan plasma ke kelompok masyarakat, termasuk keluarga miskin. Sudah ada MoU-nya,” terang Cusi.

Ekonomi Warga Mulai Bergerak

Masyarakat Sukowetan menyambut peluang ekonomi baru ini dengan antusias. Saat ini, lebih dari 40 kepala keluarga bergabung dalam kelompok pembudidaya patin, belum termasuk warga yang bergerak secara mandiri.

“Sekarang ada empat kelompok dengan total lebih dari 40 KK yang sudah ikut merasakan manfaatnya. Kalau ditambah perorangan, jumlahnya mendekati 50 KK,” jelas Cusi.

Dengan pola kemitraan itu, Desa Sukowetan perlahan tumbuh sebagai embrio “kampung patin” di Trenggalek. Warga berharap industri perikanan ini tidak hanya memenuhi pasar lokal, tetapi juga menembus pasar ekspor.

Meski perkembangannya menjanjikan, pembudidaya masih menghadapi tantangan. Mereka harus menjaga kualitas produksi, memastikan pasokan stabil untuk industri fillet, dan menerima pendampingan teknis agar petani kecil tidak tertinggal.

Ke depan, Trenggalek tidak hanya mengandalkan lele sebagai komoditas andalan, tetapi juga mendorong patin agar mampu menjadi ikon baru kemandirian ekonomi desa.

“Skalanya terus meningkat setiap tahun. Kita ingin membentuk kampung patin di Sukowetan secara bertahap,” pungkas Cusi.(CIA)

Views: 41