Dipicu Tekanan Sosial Hingga Ekonomi, 1.510 Warga Trenggalek Alami Gangguan Jiwa

oleh
oleh

TRENGGALEK, bioztv.id – Sektor kesehatan masyarakat di Kabupaten Trenggalek menghadapi kabar kurang menggembirakan. Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Diskesdalduk KB) Trenggalek mencatat lonjakan signifikan kasus gangguan jiwa. Hingga Akhir Desember 2025, sebanyak 1.510 warga Trenggalek teridentifikasi sebagai Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan sedang menjalani penanganan medis aktif.

Fakta paling mengejutkan, mayoritas penderita berasal dari kelompok usia produktif, yakni 15 tahun ke atas. Kondisi ini menunjukkan bahwa tekanan hidup di era modern mulai menggerus ketahanan mental generasi muda dan tenaga kerja di Trenggalek.

Tekanan Ekonomi dan Sosial Picu Gangguan Jiwa

Kepala Diskesdalduk KB Trenggalek, dr. Sunarto, menjelaskan bahwa petugas kesehatan terus memperbarui data ODGJ di lapangan secara berkala. Dari hasil pendataan tersebut, laki-laki mendominasi jumlah kasus dengan 943 orang, sementara perempuan tercatat sebanyak 567 orang.

Menurut dr. Sunarto, gangguan jiwa tidak muncul secara tiba-tiba. Berbagai faktor saling berkelindan dan memperparah kondisi mental seseorang.

“Gangguan jiwa bersifat multifaktorial. Saat ini, tekanan lingkungan serta kondisi sosial dan ekonomi sering menjadi pemicu utama yang menggerus kesehatan mental masyarakat,” tegas dr. Sunarto.

Ia menilai beban ekonomi, persoalan pekerjaan, serta konflik keluarga memperbesar risiko gangguan jiwa, khususnya pada kelompok usia produktif yang memikul tekanan hidup paling besar.

Pemerintah Perkuat Deteksi Dini Lewat Peran Puskesmas

Merespons kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Trenggalek menggeser fokus kebijakan kesehatan jiwa dari penanganan semata ke upaya pencegahan. Pemkab kini mengintensifkan deteksi dini atau skrining kesehatan mental secara masif.

Diskesdalduk KB memperkuat peran Puskesmas sebagai garda terdepan layanan kesehatan jiwa. Setiap Puskesmas kini menjalankan layanan promotif, preventif, kuratif, hingga rehabilitatif.

“Kami menggunakan aplikasi layanan kesehatan untuk melakukan skrining kesehatan jiwa sejak dini. Dengan cara ini, petugas bisa mendeteksi gangguan mental lebih cepat dan menangani kasus sebelum kondisi pasien memburuk,” ujar dr. Sunarto.

Jika petugas menemukan kasus berat, tim kesehatan segera berkoordinasi dengan Rumah Sakit Umum atau Rumah Sakit Jiwa agar pasien memperoleh penanganan lanjutan secara terpadu.

Pemerintah Dorong Penghapusan Stigma dan Pemasungan

Selain tantangan medis, Diskesdalduk KB juga menghadapi tantangan sosial berupa stigma negatif terhadap ODGJ. dr. Sunarto menegaskan bahwa Pemkab Trenggalek berkomitmen menghentikan praktik pemasungan yang masih terjadi di sejumlah wilayah.

Tenaga kesehatan secara aktif melakukan kunjungan rumah (home visit) untuk memantau kondisi pasien sekaligus memberikan edukasi kepada keluarga.

“Kami melibatkan keluarga dan komunitas secara langsung. Tanpa dukungan sosial, penderita ODGJ sulit pulih secara optimal dan berpotensi mengalami kekambuhan,” jelasnya.

Pemkab Trenggalek juga membentuk tim penanggulangan kesehatan jiwa berbasis masyarakat guna memastikan pendampingan yang lebih manusiawi dan berkelanjutan.

Kesehatan Jiwa Jadi Fondasi Masa Depan Daerah

Lonjakan kasus gangguan jiwa ini menjadi peringatan serius bagi masyarakat dan pemangku kebijakan di Trenggalek. Kesehatan jiwa memegang peran yang sama pentingnya dengan kesehatan fisik, terutama bagi kelompok usia produktif yang menjadi tulang punggung pembangunan daerah.

Melalui pendekatan yang lebih manusiawi, dukungan keluarga, serta penghapusan stigma, Pemkab Trenggalek berharap warga dengan gangguan jiwa dapat kembali pulih, hidup layak, dan berfungsi produktif di tengah masyarakat.(CIA)

Views: 27