TRENGGALEK, bioztv.id – Tri Rismaharini, Calon Gubernur Jawa Timur, menanggapi serius kasus kekerasan seksual yang terjadi di sejumlah pondok pesantren, salah satunya di Trenggalek. Terlebih, pada tahun 2024 ini ada 2 pemilik pondok di kecamatan Karangan dan Kampak, dilaporkan terlibat kasus pencabulan hingga dugaan kekerasan seksual terhadap santrinya.
Sejumlah kasus tindak asusila yang menghebohkan warga Trenggalek selama 7 bulan terakhir, diantaranya kasus pencabula yang dilakukan pemilik pindok dan anaknya di kecamatan karangan terhadap oara santriwatinya. Akibat perbuatannya ini keduanya divonis sembilan tahun penjara. Di tempat lain, seorang santri di Kecamatan Kampak mengalami kekerasan seksual hingga hamil, dan melahirkan. Ironisnya, tersangka dari kasus ini juga pimpinan pondok pesantren tersebut.
Dalam kampanyenya, Tri Rismaharini mengungkapkan komitmennya untuk memperketat pengawasan di pondok pesantren. Risma menyampaikan bahwa pondok pesantren harus menjadi tempat yang aman bagi anak-anak, bukan justru menjadi sumber ancaman.
“Kejadian-kejadian ini sangat memprihatinkan. Kita harus memastikan bahwa pondok pesantren menjadi lingkungan yang ramah anak dan bebas dari segala bentuk kekerasan,” ujar Risma saat menghadiri Rapat Kerja Cabang Khusus (Rakercabsus) DPC PDI Perjuangan Trenggalek.
Selain itu, Risma menegaskan bahwa pondok pesantren memainkan peran penting dalam dunia pendidikan dan harus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah. Selain siapkan program perlindungan untuk anak anak di pondok pesantren, Ia mengaku prihatin dengan rendahnya kesejahteraan ustaz dan guru swasta di Jawa Timur.
“Kami sedang menghitung besaran anggaran yang bisa dialokasikan, dan akan ada bantuan yang berbasis jumlah santri serta tingkat ekonomi mereka. Selain itu, kesejahteraan guru juga akan kita pikirkan dengan memberikan insentif yang layak,” tambahnya.
Tak hanya itu, Risma juga telah menyiapkan program kewirausahaan untuk pondok pesantren guna membantu mereka mandiri secara ekonomi.
“Kita akan bantu mereka dengan program yang bisa menghasilkan pendapatan untuk menunjang kegiatan pesantren, sehingga mereka tidak hanya mengandalkan bantuan pemerintah,” ungkapnya.
Dengan program-program yang telah disiapkannya, Risma berharap pondok pesantren di Jawa Timur dapat menjadi lembaga pendidikan yang lebih ramah anak, berkualitas, dan mampu memberikan kesejahteraan yang lebih baik bagi para pengajarnya.
“Saya ingin memastikan bahwa pendidikan di pondok pesantren tidak hanya mencerdaskan secara akademis, tetapi juga membentuk karakter anak yang kuat dan terlindungi dari segala bentuk kekerasan,” pungkas Risma.
Selama kunjungannya di Trenggalek, Risma tidak hanya fokus pada isu pesantren. Ia juga menyempatkan diri untuk meninjau demplot pertanian di Kecamatan Gandusari dan membagikan air bersih kepada warga terdampak kekeringan. Tak ketinggalan, Risma juga berdialog dengan para generasi muda di sebuah kafe di Trenggalek, membahas berbagai isu yang relevan dengan anak muda saat ini.(CIA)