Perjuangan panjang Menuju Baitullah, 32 Tahun Jualan Pentol Ojek Warga Trenggalek Naik Haji

oleh
oleh

TRENGGALEK, bioztv.id – Seorang tukang pentol ojek asal Desa Kedunglurah, Kecamatan Pogalan, Trenggalek, akan mewujudkan impian panjangnya untuk menunaikan ibadah haji. Mufid Asnawi, bersama istrinya Siti Aisyah, siap memulai perjalanan spiritualnya pada bulan Juni nanti. Ia bisa mendapat panggilan ke baitullah setelah menggeluti jualan pentol selama 32 Tahun,

Mufid, 62 tahun, dan istrinya Siti Aisyah, 58 tahun, telah berjualan pentol ojek sejak tahun 1992. Awalnya, pekerjaan ini ia pilih karena Mufid bingung mencari pekerjaan. Melihat tetangganya yang sukses berjualan pentol ojek, ia pun terinspirasi untuk mencobanya.

“Awalnya saya diajak ikut jualan pentol. Kemudian saya dikasih tahu caranya masak membuat pentol ojek, hingga cara caranya jualan pentol dan terus saya tekuni sampai sekarang,” ujar Mufid.

Mufid memulai usahanya dengan modal kecil, hanya Rp 1.500 untuk membeli 1,5 kg bahan baku. Ia berjualan keliling menggunakan sepeda pancal dan berhasil mendapatkan keuntungan Rp 2.500 per hari.

Seiring waktu, usahanya berkembang dan Mufid mulai menggunakan gerobak becak untuk berjualan. Ia menjangkau berbagai tempat, seperti sekolah, TPA, dan tempat keramaian lainnya.

Pada tahun 2013, Mufid membuka tempat permanen untuk jualan pentol di depan kantor Balai Desa Kedunglurah. Ia juga masih berjualan di sekolah SMP Islam menggunakan rombong.

Saat ini, Mufid memproduksi 10 kg pentol setiap hari dengan modal Rp 300.000. Ia mendapatkan keuntungan sekitar Rp 600.000 hingga Rp 700.000 per hari.

Keinginan Mufid untuk naik haji muncul sejak tahun 2001. Ia mulai menabung Rp 1.000 per hari di bank. Namun, karena kebutuhan mendesak, ia terpaksa mengambil sebagian tabungannya. Saat itu ia mengambil uang tabungannya untuk memenuhi biaya anak di Pondok Pesantren.

“Karena uang saya terpotong untuk keperluan mendesak itu, dan hajinya seakan-akan jauh sekali.

Pada tahun berikutnya ada saudaranya di Kecamatan kampak yang naik haji, di sana ia di doain, semoga yang datang semua bisa naik haji. Mulai saat itu Mufid mengaku seperti orang gila, ia tiba tiba ingin banget naik haji, tapi tidak punya biaya untuk daftar.

“Bahkan saya malam malam nangis, karena tidak punya biaya untuk haji, tapi pingin banget naik haji,” ungkap Mufid.

Berkat doa dan kerja kerasnya, Mufid akhirnya bisa mendaftarkan diri untuk naik haji pada tahun 2012 bersama anak perempuan dan menantunya. Ia menabung Rp 500.000 per bulan selama 5 tahun untuk melunasi biaya pendaftaran haji.

“Karena keterbatasan biaya, saat daftar haji, istri saya belum ikut daftar. Saya daftar bulan januari 2012, kemudian istri saya bisa daftar pada bulan Maret 2012,” Ujar Mufid.

Mufid dan keluarganya seharusnya berangkat haji pada tahun 2022. Namun, karena pandemi Covid-19, keberangkatannya ditunda hingga 2 tahun. Pada 6 Juni 2024, Mufid akan berangkat ke Asrama Haji Sukolilo Surabaya dan terbang ke Arab Saudi pada 7 Juni untuk melaksanakan ibadah haji.

“Alhamdulillah, berkat kerja keras dan doa, kami sekeluarga siap untuk memenuhi panggilan Allah ke tanah suci,” ujar Mufid penuh rasa syukur.

Kisah Mufid dan istrinya ini merupakan contoh inspiratif tentang kegigihan dan ketabahan dalam meraih mimpi. Ia menunjukkan bahwa dengan kerja keras, tekad yang kuat, dan doa, segala sesuatu masih bisa tercapai. (CIA)