Filosofi Tradisi Nyadran Lempar Kepala Kerbau Dam Bangong, Lambang Kehormatan & Kerja Keras

oleh
oleh

TRENGGALEK, bioztv.id – Tradisi nyadran yang ditandai dengan melempar kepala kerbau menuju Dam Bagong memiliki filosofi yang istimewa. Momen ini menjadi ajang sedekah dan wujud syukur para petani di Kabupaten Trenggalek.  Kepala Kerbau yang dilempar juga memiliki filosofi sebagai bentuk kehormatan, kepercayaan dan jiwa kerja keras.

Jika pada tahun tahun sebelumnya tradisi nyadran ini hanya melibatkan warga Kelurahan Ngantru, pada Tahun 2023 ini turut melibatkan warga Desa Kerjo Kecamatan Karangan. Perbedaannya adalah adanya prosesi kirab kerbau dari Desa Kerjo menuju Pendopo Manggala Praja Nugraha Kabupaten Trenggalek dan dilanjutkan hingga Dam Bagong. Prosesi ini sebagai bentuk rekonstruksi cerita ralyat saat Menak Sopal meminjam gajah putih milik mbok rondo krandon. Namun gajah yang dipinjam justru digunakan sebagai tumbal pembangunan dam bagong. Saat ini gajah tersebut diganti menjadi kerbau, namun warga Desa Kerjo juga sudah ikhlas kerbau itu untuk persembahan ritual nyadran dam bagong.

Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin menyampaikan, Kepala kerbau yang dilempar ke Dam bagong ini memiliki filosofi yang baik. Kepala, melambangkan bentuk kehormatan, dan kepercayaan. Sedangkan hewan kerbau melambangkan sebagai makhluk tuhan yang sudah terbiasa kerja keras.

Mas Ipin juga menjelaskan, jika ada yang mengira kepala kerbau yang dilempar ke Dam Bagong itu akan mengapung di air dan  bisa menyebabkan difteri, maka itu salah besar. Karena kepala kerbau beserta kulit dan tulang yang dilempar itu langsung ditangkap warga yang sudah standby dan berenang di kawasan dam bagong. Karena Nyadran Dam Bagong ini sebenarnya adalah momen sedekah untuk masyarakat. Sehingga dagingnya juga dinikmati oleh masyarakat